Semarang, (ANTARA KL) - Pakar ekonomi dan perbankan Aviliani
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 bisa mencapai 6,6
persen jika iklim investasi masih terjaga dengan baik.
"Saya
memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 6-6,6 persen.
Memang cukup signifikan, tergantung pada laju investasi," katanya usai
seminar "Keuangan Inklusif" di Semarang, Kamis. Meski demikian, kata
dia, seandainya laju investasi tidak bergerak pun pertumbuhan ekonomi
Indonesia diperkirakan masih menyentuh enam persen karena sektor
konsumsi yang cukup tinggi dan dominan.
Menurut peneliti senior
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu,
perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan memang dapat
tercapai dengan sektor konsumsi yang tinggi.
"Sektor konsumsi di
Indonesia memang cukup besar dan dominan, setidaknya memiliki porsi
sekitar 65 persen," kata Aviliani yang juga Komisaris Independen PT Bank
Rakyat Indonesia (BRI) itu.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi
juga bisa terdorong dengan kegiatan keuangan inklusif (financial
inclusion) yang khususnya menyasar sektor pertanian yang selama ini
kesulitan mengakses perbankan.
Keuangan inklusif, kata dia,
bertujuan menciptakan kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan
kemiskinan, dengan membangun sistem keuangan yang mudah diakses
masyarakat dengan biaya terjangkau.
"Sektor pertanian harus
menjadi sasaran utama keuangan inklusif. Apalagi, dari sekitar 233 juta
penduduk Indonesia, 40 juta jiwa di antaranya merupakan masyarakat yang
bekerja pada sektor pertanian," kata Aviliani.
(AB/ANTARA)
Rabu, 03 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar