JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada
Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta
orang atau 11,37 persen. Angka kemiskinan ini masih jauh di bawah target
kemiskinan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2013 sebesar 10,5
persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin
pada Maret 2013 berkurang sebesar 0,52 juta orang jika dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2012 sebesar 28,59 juta orang atau
11,66 persen.
Dia menjelaskan, selama periode September
2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang
0,18 juta orang dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33
juta orang pada Maret 2013. Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35
juta orang dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta
orang pada Maret 2013.
"Ada banyak faktor terkait penurunan
jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2012-
Maret 2013," ujar Suryamin dalam acara "Konferensi Pers BPS Mengenai
Data Kemiskinan" di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/7).
Menurut
dia, ada enam faktor yang menyebabkan angka kemiskinan mengalami
penurunan. Pertama, selama periode September 2012-Maret 2013 inflasi
umum relatif rendah yaitu sebesar 3,2 persen.
Kedua, upah harian
(nominal) buruh tani dan bangunan meningkat selama periode September
2012-Maret 2013, yaitu masing-masing sebesar 2,08 persen dan 9,96
persen. Ketiga, secara nasional rata rata harga beras relatif stabil,
tercatat pada September 2012 sebesar Rp 10.414 per kg, dan pada Maret
2013 sebesar Rp 10.718 per kg.
Keempat, perekonomian Indonesia
triwulan I-2013 tumbuh sebesar 1,41 persen terhadap triwulan IV-2012.
Kelima, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2013
mencapai 5,92 persen, turun jika dibanding pada Agustus 2012 sebesar
6,14 persen.
Sedangkan yang keenam, selama periode September
2012-Maret 2013, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok seperti
minyak goreng, gula pasir dan tepung terigu mengalami penurunan, yaitu
masing-masing turun sebesar 5,10 persen, 0,60 persen dan 0,20 persen.
Suryamin
mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan BPS, ada beberapa
komoditas yang memberikan sumbangan besar terhadap garis kemiskinan baik
di kota maupun di desa pada Maret 2013.
Menurutnya, lima
komoditas makanan terbesar adalah beras sebesar 25,86 persen di kota dan
33,97 persen di desa. Rokok kretek filter sebesar 8,82 persen di kota
dan 7,48 persen di desa. Telur ayam ras 3,50 persen di kota dan 2,57
persen di desa. Mi instan 2,67 persen di kota dan 2,28 persen di desa,
serta gula pasir 2,65 persen di kota dan 3,67 persen di desa.
Dalam
kesempatan yang sama, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Wynandin
Imawan mengatakan, Maluku dan Papua mempunyai persentase penduduk miskin
terbesar yaitu 23,97 persen, yang diikuti Bali dan Nusa Tenggara 14,51
persen. Sedangkan Sumatera 11,51 persen, Jawa 10,92 persen, Sulawesi
11,22 persen dan Kalimantan 6,37 persen.
"Meskipun ada penurunan
kemiskinan secara nasional ada beberapa daerah yang mengalami kenaikan
presentase kemiskinan baik di kota dan desa jika dibandingkan September
2012," ujar dia.
Menurut Wynandin, ada tujuh provinsi yang
mengalami peningkatan angka kemiskinan, yaitu Sumatera Barat naik 0,14
persen, Sumatera Selatan naik 0,76 persen, Banten 0,03 persen, Bali 0,02
persen, Kalimantan Barat naik 0,38 persen, Sulawesi Utara 0,24 persen,
Gorontalo 0,29 persen, serta Papua 0,47 persen. (ID/Dho/Rin)
Rabu, 03 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar