TEMPO.CO, Jakarta
- Komisi Kepolisian Nasional menilai program Kepolisian Daerah Metro
Jaya ikut mengentaskan warga dari pengangguran melenceng dari tugas
pokok kepolisian. Lewat program Polisi Peduli Pengangguran, yang kini
masih berjalan, kepolisian merekrut orang yang tidak punya pekerjaan
untuk dilatih keterampilan dan menyalurkannya ke sejumlah perusahaan.
“Kalau mengentaskan (warga dari) kemiskinan itu masuk ranah pemerintah
daerah,” kata Komisioner Kompolnas Hamidah Abdurrachman Rabu, 10 April
2013.
Menurut Hamidah, tugas utama kepolisian adalah mengayomi
dan melindungi warga negara serta menegakkan hukum. Dia khawatir, jika
polisi ikut menciptakan lapangan pekerjaan, hal itu justru akan
mengganggu tugas utama kepolisian.
Program Polisi Peduli
Pengangguran berjalan di Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta
Selatan sejak Januari lalu. Polsek Kebayoran Baru, yang menjadi pusat
program ini di Jakarta Selatan, sudah merekrut warga pengangguran dalam
dua gelombang sejak Januari lalu. “Gelombang pertama yang mendaftar 70
orang, yang lolos 40. Gelombang kedua masih berlangsung, yang mendaftar
45 orang," kata Kepala Unit Binmas Polsek Kebayoran Baru Komisaris Syem
A. Ekon, Selasa lalu.
Setelah lolos seleksi, kata dia, para
penganggur itu mendapat kursus teknis di Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer (STMIK) selama tiga bulan. “Setelah itu kami
rekomendasikan ke perusahaan yang berminat,” ujarnya.
Menurut
juru bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Polda memiliki
alasan kuat menjalankan program tersebut. Menurut dia, salah satu
penyebab tingginya tingkat kriminalitas adalah tingkat kesejahteraan
masyarakat yang jauh dari cukup. “Berkurangnya pengangguran di Ibu Kota
dapat mengurangi jumlah preman yang kerap menebar kejahatan,” ujarnya.
Program
yang digagas oleh Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Putut Eko
Bayuseno pada November tahun lalu itu berangkat dari data yang diperoleh
kepolisian bahwa hampir 60 persen pelaku kejahatan adalah orang-orang
yang belum mempunyai pekerjaan. “Perlu terobosan untuk menanganinya,"
ujar Putut di Pelabuhan Sunda Kelapa, November tahun lalu.
Salah
satu pihak yang diajak bekerja sama oleh Polda adalah pengelola
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Para penganggur yang sudah
dilatih akan diikutkan dalam penataan kedua pelabuhan tersebut. General
Manager Pelabuhan Sunda Kelapa Agus Hendrianto kala itu mendukung
program ini. Pertengahan 2013, kata dia, akan disediakan sekitar 1.000
lowongan pekerjaan. ”Kalau mereka bisa menyemen, ya, kami ambil,”
ujarnya.
Adapun Polres Jakarta Timur juga mulai melatih 100 orang
untuk disiapkan menjadi satuan pengamanan dan sopir di kawasan Jawatan
Industri Pulo Gadung. Pengganguran yang direkrut berkelakuan baik dan
tidak tersangkut masalah hukum. Perekrutan ini tidak dipungut biaya. Di
Jakarta Barat, program ini dipusatkan di Polres Cengkareng dan
Kalideres. Polsek Kalideres mengklaim menyalurkan sekitar 30 penganggur
setiap bulan sejak Januari lalu. Polsek Cengkareng melatih 20 penganggur
menjadi satpam sejak Februari lalu.
Meski menyebut program itu
bagus, Hamidah menyarankan kegiatan seperti ini jangan sampai dijadikan
program jangka panjang. "Ini sebenarnya pancingan untuk pemerintah agar
lebih memperhatikan soal pekerjaan bagi warganya," katanya, sambil
menambahkan, “Agar polisi bisa kembali menjalankan tugas mereka.”
Rabu, 03 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar